Jakarta, TabelMedia.com – Saat berkunjung ke lokasi bencana banjir dan longsor di Sumatera Barat pada akhir November 2025, Verrell Bramasta sempat menjadi sorotan publik bukan karena aksinya membantu korban, tetapi karena pakaian yang kenakannya: rompi tampak tebal yang oleh banyak warganet sebut-sebut sebagai “rompi antipeluru”. Klaim ini memicu perdebatan: apakah penggunaan rompi tersebut menunjukkan kekhawatiran terhadap keamanan, atau sekadar pakaian praktis lapangan? Verrell kemudian secara tegas membantah bahwa rompi yang pakainya adalah rompi antipeluru.
Lewat akun pribadinya di media sosial, Verrell menjelaskan bahwa rompi yang pakai hanyalah tactical vest / rompi taktis bukan rompi pelindung balistik. Ia menegaskan bahwa rompi tersebut tidak dilengkapi pelat balistik, dan fungsinya hanya sebagai penunjang kegiatan di lapangan. Untuk membawa perlengkapan kecil seperti air minum, uang kas bantuan, dan barang lain yang memudahkan mobilitas tim saat membantu warga terdampak bencana.
Kronologi & Kontroversi: Rompi yang Jadi Sorotan
Pada 30 November 2025, Verrell Bramasta turun langsung ke lokasi banjir dan longsor di wilayah Sumbar, mendistribusikan bantuan dan berdialog dengan korban terdampak. Dalam unggahan Instagram-nya, terlihat ia mengenakan outfit dengan rompi tampak seperti rompi pelindung saat menyambangi warga. Foto-foto ini kemudian viral dan menimbulkan spekulasi: apakah situasi di lokasi bencana memang berbahaya? atau apakah pemakaian rompi antipeluru mengindikasikan ancaman keamanan?
Reaksi dari masyarakat dan warganet pun beragam. Ada yang mempertanyakan kesesuaian rompi di lokasi bencana (bukan zona konflik), ada juga yang menilai pemakaian rompi bisa menimbulkan kesan genting seperti risiko kriminalitas atau kondisi berbahaya. Namun banyak pula yang mempertanyakan motif di balik penampilan tersebut. Menanggapi kontroversi ini, Verrell memberikan klarifikasi resmi. Ia menyatakan bahwa rompi yang kenakan adalah rompi taktis biasa bukan rompi antipeluru dan sengaja pakai untuk kenyamanan dalam membawa perlengkapan saat peninjauan di lokasi bencana.
Penjelasan Verrell: Kenapa Memakai Rompi Taktis di Lokasi Bencana
Menurut penjelasan Verrell, area bencana memiliki karakter lingkungan yang dinamis dan penuh tantangan akses jalan rusak. Medan becek atau licin, serta kebutuhan untuk membawa barang bantuan, uang tunai, minuman, dan kebutuhan logistik lain secara aman dan mudah jangkau. Dalam situasi seperti itu, rompi taktis dengan sistem kantong modular (MOLLE) menjadi pilihan praktis karena memudahkan mobilitas tanpa mengganggu gerak. Rompi tersebut juga, menurut Verrell, tidak lengkapi pelat balistik, sehingga tidak memiliki fungsi sebagai pelindung terhadap tembakan atau risiko kekerasan. Ia menekankan bahwa tujuan kunjungannya adalah memberi bantuan, mendengar keluhan warga, dan mempercepat penyaluran bantuan melalui jalur resmi.
Dalam konteks ini, dugaan bahwa Verrell memakai “rompi antipeluru” anggap sebagai distorsi informasi. Menurut Verrell, anggapan tersebut keliru dan pemakaian rompi semata-mata alasan praktis. Insiden kecil seperti pilihan pakaian bisa berkembang menjadi polemik publik ketika konteks dan persepsi berbeda. Dalam kasus ini, Verrell Bramasta menunjukkan bahwa niat baik dan aksi kemanusiaan bisa salahtafsirkan jika informasi tidak lengkapi dengan klarifikasi. Rompi taktis bukan berarti siap menghadapi konflik melainkan alat bantu di lapangan yang memudahkan mobilitas dan distribusi bantuan di tengah kondisi sulit. Bagi publik, kejadian ini menjadi pelajaran: sebelum menyimpulkan sesuatu dari foto atau penampilan. Penting untuk melihat konteks dan mendengar klarifikasi langsung dari pihak bersangkutan. Semoga klarifikasi ini membantu mendinginkan perdebatan dan mengembalikan fokus pada tujuan utama: membantu korban bencana dengan cepat dan tepat.