Perekrutan Terorisme di Game Online 110 Anak Jadi Korban

Jakarta, TabelMedia.com – Kasus dugaan perekrutan 110 anak oleh jaringan terorisme melalui game online dan media sosial kembali membuka mata publik tentang risiko yang bersembunyi di balik dunia digital. Fenomena ini bukan hanya mencengangkan, tetapi juga mengkhawatirkan karena menunjukkan bagaimana kelompok ekstrem memanfaatkan ruang bermain yang seharusnya aman bagi anak-anak.

Selama ini, game online pandang sekadar hiburan dan ruang sosialisasi bagi generasi muda. Namun, sifatnya yang interaktif dan anonim membuatnya menjadi medium yang mudah disusupi pihak tak bertanggung jawab.

Modus yang umum gunakan antara lain:

  • Membangun kedekatan dengan anak melalui permainan tim.
  • Mengidentifikasi anak rentan, seperti yang sering online sendirian atau memiliki masalah di rumah/sekolah.
  • Memberikan misi-misi kecil yang kemas seolah bagian dari permainan.
  • Menyusupkan ideologi ekstrem secara halus melalui percakapan privat.
  • Mengajak ke platform lain, seperti grup rahasia di media sosial.

Ketika rasa percaya sudah terbangun, anak lebih mudah arahkan pada aktivitas berbahaya, bahkan tanpa mereka sadari.

Media Sosial Tidak Lebih Aman

Selain game online, aplikasi seperti Facebook, WhatsApp, atau Instagram juga sering manfaatkan untuk memperdalam relasi dan memberikan materi-materi yang berisi doktrin berbahaya. Anak-anak yang masih mencari jati diri menjadi sasaran empuk karena mudah terpengaruh oleh perhatian dan validasi dari orang asing.

Ada beberapa faktor yang membuat anak menjadi target ideal:

Rasa ingin tahu tinggi Anak-anak cenderung penasaran, terutama jika beri perhatian dan “akses eksklusif”. Minim pengawasan digital Banyak orang tua belum memahami cara kerja platform digital yang gunakan anak. Kebutuhan akan pengakuan sosial Kelompok ekstrem memanfaatkan kebutuhan ini untuk menciptakan hubungan yang mengikat. Kemampuan komunikasi perekrut Perekrut biasanya sangat terlatih dalam membangun kepercayaan dan menyembunyikan motif mereka. Dampak Psikologis dan Sosial Meski belum sampai tahap tindakan fisik, keterpaparan terhadap ideologi ekstrem dapat memengaruhi:

  • Pola pikir anak
  • Hubungan dengan keluarga
  • Kesehatan mental
  • Prestasi sekolah
  • Cara mereka berinteraksi dengan masyarakat

Ini adalah bahaya jangka panjang yang sering tidak disadari hingga terlambat.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua dan Sekolah?

Bangun komunikasi terbuka Ajak anak bercerita tentang aktivitas online mereka tanpa menghakimi. Kenali game dan platform yang gunakan anak. Luangkan waktu untuk memahami fitur komunikasi dalam game. Ajarkan literasi digital dan keamanan online. Anak perlu tahu cara mengenali tanda-tanda manipulasi, orang asing, dan percakapan mencurigakan. Atur batas waktu dan ruang digital Gunakan parental control dengan bijak, bukan untuk mengintai, tetapi untuk melindungi.

Laporkan jika ada tanda berbahaya Jika menemukan percakapan atau aktivitas yang mencurigakan, segera laporkan ke pihak berwenang. Internet Harus Tetap Menjadi Ruang Aman Kasus dugaan perekrutan 110 anak ini menjadi pengingat penting bahwa ancaman ekstremisme kini merambah ruang digital yang paling dekat dengan anak-anak. Namun, bukan berarti internet adalah tempat yang harus jauhi. Dengan pemahaman, pengawasan, dan edukasi yang tepat, dunia digital tetap bisa menjadi ruang positif bagi perkembangan anak. Pada akhirnya, perlindungan terbaik bagi anak bukan hanya teknologi, tetapi kedekatan dan perhatian dari orang-orang terdekatnya.

By admin